Halaman

Selasa, 25 Oktober 2011

Tahap-Tahap Penulisan Cerpen

Setiap orang pernah mengalami peristiwa yang menyenangkan
ataupun yang tidak menyenangkan. Peristiwa tersebut dapat dituangkan
menjadi sebuah cerpen. Cerpen adalah cerita rekaan yang memberitahukan
kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi. Adapun ciri-ciri cerpen sebagai berikut.
1. Panjangnya tidak lebih dari 10.000 kata.
2. Hanya mengandung satu gagasan utama atau berkesan tunggal.
3. Menyajikan kejadian yang paling menarik.
4. Berakhir dengan penyelesaian.
Cerpen dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Oleh


karena itu, pada dasarnya langkah-langkah menyusun cerita pendek
hampir sama dengan menyusun karangan. Langkah-langkah menyusun
cerita pendek sebagai berikut.
1. Menentukan tema
Tema disebut juga pokok pikiran. Tema adalah sesuatu yang
menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita atau sesuatu yang
menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema dalam cerita pendek
biasanya tentang cinta kasih, kehidupan sosial, persoalan nasib, atau
kehidupan rumah tangga. Tema cerpen dapat diambil dari
pengalaman atau peristiwa yang pernah kamu alami.
2. Menentukan pusat pengisahan (sudut pandang)
Pusat pengisahan adalah cara pengarang menempatkan diri
terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya.
Pengarang memiliki bermacam-macam teknik dalam menceritakan
suatu cerita.
a. Author-omniscient (pengarang serbatahu, sebagai orang ketiga).
Pengarang biasanya menggunakan kata dia untuk tokoh utama.
b. Author-participant (pengarang turut serta mengambil bagian dalam
cerita). Pengarang menggunakan kata aku sebagai tokoh utama
atau hanya mengambil bagian kecil.
c. Author-observer (pengarang sebagai peninjau, pemerhati, dan
pengamat). Dengan teknik ini pengarang sebagai pengamat,
seolah-olah tidak mengetahui jalan pikiran tokohnya.
d. Multiple (campur-aduk), yaitu campuran dari ketiga hal yang telah
disebutkan di atas.
3. Menentukan perwatakan
Perwatakan berkaitan dengan bagaimana sifat-sifat tokoh itu
digambarkan dalam cerita oleh pengarang. Penggambaran tokohtokoh
dalam suatu cerita dapat menggunakan dua metode, yaitu
metode analitik dan dramatik.
a. Metode analitik
Metode analitik yaitu pengarang secara langsung
memaparkan watak tokoh dengan jalan menyebutkan sifatsifatnya.
Misalnya: keras kepala, sombong, rendah hati, pemalu,
dan bengis.
b. Metode dramatik
Metode dramatik yaitu penggambaran watak tokoh yang tidak
diceritakan secara langsung oleh pengarangnya, tetapi
disampaikan melalui hal-hal sebagai berikut.
1) Pilihan nama
Contoh:
Ketika itu Bu Drajat sedang menidurkan Wawan. Sumiati
masuk ke kamar ikut meletakkan badan di samping ibunya.
Tiba-tiba ibunya kembali terbatuk-batuk . Untunglah Wawan
sudah terlelap.
Sumber: ”Wanita yang Mulia” dalam Ibuku Sahabatku, Soekanto S.A., 2007
Melalui pilihan nama Sumiati dapat diketahui bahwa
tokoh tersebut orang yang berasal dari lingkungan sederhana,
tidak berasal dari lingkungan berada.
2) Penggambaran fisik (misalnya: cara berpakaian, postur tubuh,
reaksi antartokoh)
Contoh:
Dahulu seluruh orang mengagumi kecantikan Tiwi yang
tanpa cacat cela. Tubuhnya langsing, kulitnya putih bersih,
hidungnya mancung, apalagi matanya? Matanya benar-benar
indah dan bening.
Melalui penggambaran fisik, seperti tubuh langsing, mata
bening, dan kulit kuning bersih dapat disimpulkan bahwa
Tiwi seorang wanita yang anggun dan memesona.
3) Penggambaran melalui cakapan (baik dialog maupun monolog)
Contoh:
Sekali lagi dia berkaca di depan cermin itu. Lalu dia mulai
mengeluh, ”Kau lihat, betapa jeleknya noda di pipi saya.”
Suaminya diam saja. Perempuan itu meneruskan
bicaranya, ”Kata dokter, kalau obat ini tidak berhasil akan
dilakukan pembedahan plastik.”
Suaminya tetap diam. Lantas perempuan itu jadi marah,
”Saya tahu, kau tidak mencintai saya lagi!”
”Itu ucapanmu yang kesekian kalinya,” kata suaminya
sambil mempersiapkan diri untuk pergi ke tokonya.
Perempuan itu mengantar suaminya sampai ke pintu pagar.
Seorang gadis lewat di depan mereka. Perempuan itu berkata,
”Saya tahu, gadis itu lebih cantik dari saya.”
Lelaki itu merasa bosan, tetapi ia diam saja. Perempuan
itu masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan payah dan
terpencil.
Melalui dialog antara tokoh ”aku” dan suaminya diperoleh
gambaran bagaimana watak kedua tokoh tersebut. ”Aku”
digambarkan mempunyai sifat pesimis dan cepat marah.
Tokoh suami digambarkan mempunyai sifat pendiam dan
tidak suka bertengkar.
4. Menentukan latar atau setting
Latar merupakan tempat atau ruang, waktu, dan suasana kejadian
yang terjadi dalam cerita.
5. Menyajikan tokoh, perwatakan, sudut pandang, latar ke dalam alur cerita
Alur cerita adalah jalinan atau rangkaian peristiwa dalam suatu
cerita yang terbagi sebagai berikut.
a. Tahap penyituasian
Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian
informasi awal, dan lain-lain, terutama berfungsi untuk melandasi
cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
b. Tahap pemunculan konflik
Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Konflik
itu sendiri akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap
berikutnya.
c. Tahap peningkatan konflik
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya
semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita
semakin mencengangkan dan menegangkan.
d. Tahap klimaks
Konflik-konflik yang terjadi atau ditimpakan kepada para
tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah
cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai
pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
e. Tahap penyelesaian
Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian,
ketegangan dikendurkan. Konflik-konflik tambahan (jika ada) juga
diberi jalan keluar, kemudian cerita diakhiri.

1 komentar:

  1. Kak klau tdk salah tahapnya yang pertama itu pembukaan, kedua tahap konflik, ketiga tahap klimaks, keempat tahap klimaks menurun dan terkahir tahap penyelesaian :)

    BalasHapus