Halaman

Minggu, 11 Desember 2011

Hujan Menurut Al-Qur'an

Proporsi Hujan
Dalam ayat kesebelas Surat az-Zukhruf, hujan didefinisikan sebagai air yang diturunkan dengan “ukuran yang sesuai”, sebagai berikut:
Ia menurunkan (dari waktu ke waktu) hujan dari langit sesuai dengan ukuran, dan Kami hidupkan dengan itu daerah yang sudah mati. Demikian juga kamu akan dibangkitkan (dari kematian). (Surat az-Zukhruf, 11)
“Ukuran” yang disebutkan di ayat ini berkaitan dengan sepasang sifat hujan. Pertama, air hujan yang jatuh di bumi selalu sama. Diperkirakan, dalam satu detik, 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini sama dengan curah air yang jatuh ke bumi dalam satu detik. Ini berarti bahwa air beredar terus-menerus di suatu daur yang seimbang menurut suatu “ukuran”.


Suatu ukuran lain yang terkait dengan hujan adalah mengenai kecepatan jatuhnya. Ketinggian minimal awan mendung adalah 1.200 meter. Bila jatuh dari ketinggian ini, suatu obyek yang bobot dan ukurannya sama dengan air hujan akan semakin cepat dan jatuh ke tanah dengan kecepatan 558 km/jam. Tentu saja, obyek apa pun yang membentur tanah dengan kecepatan itu akan menyebabkan kerusakan besar. Jika hujan yang terjadi itu jatuh dengan cara seperti itu, semua lahan panenan akan hancur, kawasan pemukiman, perumahan, dan mobil-mobil akan remuk, dan orang-orang tidak bisa berjalan-jalan tanpa perlindungan ekstra. Padahal, perhitungan ini hanya untuk awan setinggi 1.200 meter; ada juga awan mendung setinggi 10.000 meter. Air hujan dari tempat setinggi ini bisa memiliki kecepatan yang amat merusak.
Akan tetapi, kenyataannya tidak begitu. Dari ketinggian berapa pun, kecepatan air hujan hanya 8-10 km/jam kala menimpa tanah. Alasan untuk hal ini adalah bentuk istimewa yang mereka ambil. Bentuk istimewa ini meningkatkan pengaruh pemecah di atmosfir dan mencegah pemercepatan kala air hujan mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Dewasa ini parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini.)
Ini belum semua “ukuran” hujan. Untuk contoh, di lapisan atmosfir tempat berawalnya hujan, suhunya bisa turun hingga serendah 400 Celsius di bawah nol. Namun demikian, air hujan tak pernah menjadi partikel-partikel es. (Ini tentu saja berarti ancaman yang fatal untuk makhluk hidup di bumi.) Alasannya adalah bahwa air di atmosfir itu air murni. Sebagaimana yang kita tahu, air murni sulit membeku, di suhu yang sangat rendah sekalipun.
Pembentukan Hujan
Bagaimana hujan terbentuk masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan.
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara. Lalu awan terbentuk. Akhirnya curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas di Al-Qur’an berabad-abad yang lalu yang memberi informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan:
Dialah Allah Yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan; lalu Ia membentangkannya di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka bila Ia menurunkannya kepada siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki, mereka pun bergembira ria. (Surat ar-Ruum, 48)
Kini mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
TAHAP 1: Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”
Gelembung-gelembung udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan yang pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.
TAHAP 2: “…dan yang menggerakkan awan; lalu Ia membentangkannya di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (engan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
TAHAP 3: “…lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya.”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan, dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’an-lah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Menghidupkan Negeri Yang Sudah Mati
Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak ayat yang mengundang perhatian kita pada fungsi istimewa hujan, yakni “memberi kehidupan kepada negeri yang sudah mati”:
Kami menurunkan air bersih dari langit. Dengan itu Kami hidupkan negeri yang sudah mati, dan Kami beri minum segala yang Kami ciptakan, hewan ternak dan manusia yang banyak. (Surat al-Furqaan, 48-49)
Dialah Yang menurunkan air dari langit untuk minuman dan menyuburkan tumbuh-tumbuhan untuk makanan ternakmu. Ia menumbuhkan untukmu berbagai tanaman, zaitun, korma, dan anggur, dan berbagai macam buah-buahan. Sungguh dalam kejadian itu terdapat bukti bagi orang yang berpikir. (Surat an-Nahl, 10-11)
Di samping menyediakan air untuk bumi, yang merupakan kebutuhan makhluk hidup yang tak terelakkan, hujan juga mempunyai pengaruh penyuburan.
Air hujan yang mencapai awan setelah diuapkan dari laut mengandung zat-zat tertentu “yang menghidupkan” negeri yang telah mati. Air “pemberi kehidupan” ini disebut “air tensi permukaan”. Air tensi permukaan terbentuk pada tingkat puncak permukaan laut yang oleh para biolog disebut “lapisan mikro”. Di lapisan ini, yang ketipisannya kurang dari sepersepuluh milimeter, terdapat banyak sisa organik yang disebabkan oleh polusi zooplankton dan ganggang mikroskopik. Beberapa sisa ini menyeleksi dan menghimpun dalam lubuk mereka beberapa unsur yang amat jarang di air laut, seperti fosfor, magnesium, potasium, dan beberapa logam berat seperti tembaga, seng, kobalt, dan timah. Air yang bermuatan “penyubur ini” terangkat ke langit oleh angin dan setelah beberapa saat kemudian jatuh ke tanah di dalam air hujan. Benih dan tanaman di bumi mendapati banyak garam metalik dan unsur-unsur yang esensial bagi pertumbuhan mereka di sini di air hujan ini. Peristiwa ini diungkapkan di sebuah ayat lain dalam Al-Qur’an:
Dan Kami turunkan dari langit air yang membawa berkah, dan dengan itu Kami tumbukan kebun-kebunan dan biji-bijian yang dapat dipanen. (Surat Qaaf, 9)
Garam-garam yang jatuh dengan hujan merupakan contoh kecil unsur-unsur tertentu (kalsium, magnesium, potasiom, dsb.) yang dipakai untuk menambah kesuburan. Logam-logam berat yang terdapat di tipe-tipe aerosol ini merupakan unsur lain yang menambah kesuburan dalam pertumbuhan dan pemproduksian tanaman.
Tanah tandus bisa dilengkapi dengan semua unsur yang esensial bagi tanaman dalam periode 100 tahun hanya dengan penyubur yang dicurahkan dengan hujan. Hutan-hutan juga berkembang dan makan dengan bantuan aerosol yang berbasis-laut. Dengan cara ini, 150 juta ton penyubur jatuh ke seluruh permukaan tanah setiap tahun. Jika tidak ada penyuburan alamiah seperti ini, maka tidak akan ada tanaman di bumi, dan keseimbangan ekologis akan cacat.
Yang lebih menarik adalah bahwa kebenaran ini, yang hanya bisa ditemukan oleh sains modern, telah diungkapkan oleh Allah berabad-abad yang lalu. (Sumber Harun Yahya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar